Indonesia Penyumbang Kusta ke-3 di Dunia

TANGERANG, SNOL Kusta bukanlah penyakit baru di Indonesia. Meski sudah dinyatakan eliminasi secara internasional, tapi kenyataannya Indonesia masih menjadi penyumbang kusta ke-3 di dunia.
“Namun kalau kita tahu masih menjadi penyumbang kusta no 3 di dunia setelah China dan Brasil,” ujar Men-teri Kesehatan (Menkes) dr Nafsiah Mboi dalam acara peringatan hari kusta sedunia dengan tema ‘Hapus Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta’ di Rumah Sakit Kusta dr Sintanala, Kota Tangerang, Rabu (13/2).
Menkes menuturkan, penyakit ini berkembang terutama di daerah kumuh dan kotor, karena itu Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bisa membantu pencegahan penularan dari kusta ini. “Kusta adalah penyakit menular yang bisa dicegah dan diobati dengan sempurna serta sembuh total, dan kecacatan akibat kusta juga bisa dicegah,” ujar Menkes.
Pada acara itu, berbagai pertunjukan menarik, mulai dari paduan suara, tarian kampanye cuci tangan sehat, serta musik tradisional gamelan lengkap dengan tiga sindennya, semarak merayakan peringatan hari kusta internasional, yang sebenarnya jatuh pada akhir Januari lalu.
Alisada, salah seorang mantan penderita kusta mengungkapkan keberhasilannya sembuh dari penyakit kusta di depan Menkes dan tamu yang hadir. “Saya tidak minder bu, ini bukan penghalang bagi saya untuk mencari uang. Yang dibutuhkan hanya semangat dan modal yang tinggi bu,” ujar pria yang sukses karena usaha pembuat kaki palsu itu. Pada kesempatan terakhir testimoninya, Alisada pun sampat memberikan company profile usahanya langsung kepada Menkes.
Menkes Nafsiah mengaku bersyukur Tangerang memiliki contoh mantan penderita kusta yang sukses. “Kusta bukan penghalang, tidak ada pembeda. Yang membedakan adalah seseorang tersebut memiliki semangat juang yang tinggi atau tidak. Itu saja,” ungkap Nafsiah.
Sesuai dengan tema peringatan ‘Hapus Stigma dan Diskriminasi Terhadap Kusta. Kusta Tidak Jadi Halangan Untuk Berkarya’, Nafsiah memberikan motivasi, bila kusta bukanlah penyakit misterius apalagi kutukan. “Kusta bisa disembuhkan, bisa dicegah,” tungkasnya.
Untuk diketahui, jelas Nafsiah, pada tahun 2011, di Indonesia tercatat ada 20.023 kasus baru kusta. Dengan kecacatan tingkat dua atau cacat terlihat sebanyak 2.025 orang atau sekitar 10,11 persen. Dari 20 ribu kasus terebut, 500 orang berada di Banten.
“Untuk itu, tahun ini Kementerian Kesehatan sedang gencar-gencarnya memberantas penyakit kusta. Baik dalam hal pencegahan yaitu mengkampanyekan hidup sehat dan bersih, serta pengobatan yaitu penditeksian dini kusta,” jelas Nafsiah.
Dalam kunjungannya, Nafsiah pun sempat meresmikan beberapa bangunan gedung baru di rumah sakit kusta bertaraf nasional itu. Seperti Ipal atau pengelolaan air milik RS dr Sitanala, poliklinik terpadu kusta, hingga mengunjungi beberapa pasien kusta yang tengah dalam masa perawatan. Menkes juga tak segan menjabat dan memeluk erat pasien kusta yang mayoritas adalah anak-anak. “Kenapa harus takut,” tukasnya.
Turut hadir dalam kesempatan itu Walikota Tangerang Wahidin Halim, perwakilan WHO, serta Direktur Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit RS dr Sitanala, Candra Yoga.
Diketahui Indonesia telah mencapai eliminasi kusta pada tahun 2000. Meskipun telah eliminasi, tiap tahunnya Indonesia masih terus melaporkan 14.000-20.000 penderita baru tanpa ada penurunan signifikan.
Di tingkat lokal 14 dari 33 propinsi dan 150 dari 479 kabupaten mempunyai angka penemuan kasus baru lebih dari 10 per 100.000 penduduk dan atau jumlah kasus baru yang ditemukan tiap tahunnya lebih dari 1.000.
Pada tahun 2011 Indonesia melaporkan 20.023 kasus baru kusta. Berdasarkan angka tersebut jumlah kasus dengan kecacatan tingkat 2 yaitu cacat yang terlihat berjumlah 2.025 orang atau 10,11 persen.
Hasil ini membuat Indonesia masih menduduki posisi ketiga di dunia dan kedua di wilayah Asia Tenggara dalam jumlah penemuan kasus baru kusta. (pramita/deddy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.