SMAN 5 Kota Tangerang yang Sukses Meraih Adiwiyata Nasional

Selain kategori daerah terbersih, di Hari Lingkungan Hidup se-Dunia kemarin (5/6) juga diberikan penghargaan untuk sekolah terbersih. Tahun ini, Kota Tangerang berhasil menjadikan dua sekolahnya meraih penghargaan sekolah bersih atau Adiwiyata tingkat nasional.
Kemarin malam (5/6) menjadi waktu bersejarah untuk SMAN 5 Kota Tangerang. Tekad untuk meraih Adiwiyata yang sudah empat tahun diimpikan akhirnya tercapai. Sekolah yang dijuluki The Green School itu sukses meraih Piala Adiwiyata dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersamaan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Istana Negara. Karuan saja, seluruh elemen sekolah tersebut berbangga hati karena diboyongnya sang piala berbentuk bola dunia di atas kuncup bunga itu.
Namun, tidak mudah untuk mendapatkan predikat sebagai sekolah terbaik. Butuh beberapa tahapan agar mendapat nilai maksimal dari tim juri. Bahkan, sekolah yang terletak di Jalan Ciujung Raya No. 3 Perumnas 1 Kota Tangerang itu melewati berbagai macam persiapan syarat Adiwiyata.
“Mulai dari kelengkapan administrasi, sampai tim survei panitia penilaian Adiwiyata datang dan menanyakan langsung ke siswa, satpam, dan karyawan kami yang lain tentang wawasan lingkungan,” ungkap Sulastindani, Sekretaris Tim Persiapan Adiwiyata SMAN 5 Kota Tangerang kepada Satelit News kemarin.
Menurutnya, paling menarik adalah pada saat tim penilaian menanyakan langsung ke siswa atau komponen sekolah lainnya. Sebenarnya, guru cantik berjilbab ini bersama tim sudah mempersiapkan kelas untuk dinilai tim penilai. Namun apa yang didapat, tim penilai hanya mau masuk kelas yang tidak direncanakan sebelumnya. “Serba spontan, tidak ada yang dibuat-buat. Tim penilai hanya mau masuk kelas dan meng-interview siswa di kelas yang tidak kami persiapkan matang sebelumnya,” ujarnya.
Untungnya, semua siswa sekolah tersebut sudah dibekali wawasan lingkungan. Sehingga saat tim penilai nasional menanyakan beberapa pertanyaan seputar tanaman obat keluarga, sumber resapan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan sekolah bersih, beberapa siswa yang ditunjuk untuk menjawab pertanyaan, langsung menjawab dengan sempurna.
Hal menarik lainnya, sumur resapan yang menjadi pembuangan akhir air hujan dinilai juga oleh tim Adiwiyata. Lucunya, benih ikan lele yang iseng ditanam para penjaga sekolah dan satpam menjadi nilai tambah bagi kelulusan SMAN 5 menjadi sekolah Adiwiyata.
“Itu hal tidak diduga, sumurnya kecil kalau dilihat dari atas, tapi satpam dan penjaga sekolah iseng menebar lele di dalamnya. Nggak nyangka itu akan menjadi nilai plus,” aku Dani.
Menurut tim penilai Adiwiyata nasional, digunakannya sumur resapan sebagai pembenihan ikan lele dinilai sebagai pemanfaatan lahan untuk nilai komersil. Sehingga jadi nilai tambah yang tidak diduga sebelumnya.
Bahkan untuk denda buang sampah sembarangan yang dilakukan siswa pun, disusun secara rapih menjadi pembukuan jurnal, lengkap ditandatangani siswa saat membayar denda. “Uang denda akan dibelikan pot atau tanaman lagi, dan buktinya pun dibukukan,” ungkapnya.
Sehingga pantaslah bila disebut kalau sekolah yang baru pertama kali mendapatkan Adiwiyata itu menerapkan sekolah berbasis lingkungan pada perilaku dan pembelajaran siswa, guru, hingga seluruh staf . “Mulai dari visi misi, hymne sekolah, sampai mata pelajaran, kami integrasikan pada lingkungan,” ujar Dani.
Sehingga bukan bentuk penghargaan Adiwiyata yang sebenarnya diincar SMAN 5, namun keberhasilan diterapkannya peduli lingkungan pada seluruh siswa, guru, dan para stafnya, adalah menjadi prestasi utama sekolah tersebut.(pramita)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.