Ratu Isyana Tekankan Pentingnya Perlindungan Terhadap Anak

Ikuti Seleksi Caleg PSI

TANGERANG, SNOL–Meski men­jabat sebagai salah satu ketua di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Ratu Isyana Bagoes Oka, wajib menempuh prosedur stan­dar penjaringan calon legislatif.

Mantan jurnalis televisi nasi­onal ini mengkuti proses penjar­ingan anggota DPR-RI di kantor PSI, Jakarta, pada Minggu (12/11) lalu. Ratu Isyana mengikuti selek­si bersama 43 calon anggota leg­islatif lainnya yang telah mendaf­tar di PSI. Mereka berhadapan dengan anggota juri independen dari berbagai kalangan.

Di antaranya ada praktisi pen­didikan Henny Supolo, aktivis dan mantan komisoner Kom­nas Perempuan dan Anak Neng Dara Affiah, pengamat politik Djayadi Hanan, mantan hakim dan pakar hukum Asep Iwan Iriawan, advokat senior Tuti Hadiputranto, dan dosen Komu­nikasi UI Ade Armando. Selain itu ada juga mantan Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto.

Masing-masing peserta di­wawancarai oleh tiga juri in­dependen. Hari itu Isyana menempuh proses wawancara dengan Neng Dara Affifah, Ade Armando, dan Sumardy (DPP PSI). “Saya mempersiapkan diri dengan cermat agar bisa melalui proses seleksi dari par­tai,” kata Isyana, kemarin. Saat seleksi, Isyana memaparkan latar belakangnya dari keluarga yang plural. Ia tumbuh dalam keluarga yang harmonis dan menanamkan nilai-nilai integ­ritas dan toleransi.

Wawasannya bertambah saat ia menggeluti profesi sebagai jurnalis. Di antaranya ia bisa bersentuhan dengan kepala negara dan tokoh-tokoh inter­nasional seperti Hillary Clinton, Menlu AS. Selain itu, ia juga bisa memahami problema yang muncul dalam kehidupan sos­ial di berbagai daerah. Bahkan ia juga memahami bagaimana penderitaan rakyat di saat ben­cana melanda seperti Tusnami di Aceh pada 2004. Ia melihat dan merasakan langsung pen­deritaan masyarakat yang ter­kena musibah itu.

Di antara begitu banyak yang ia lihat dan pelajari dalam per­jalanan hidupnya, Ratu Isyana tetap menaruh perhatian pada demokrasi, korupsi yang melan­da negeri ini, dan tumbuhnya intoleransi. Ia bertekad mela­wan korupsi dan intoleransi.

Namun, bagi Ratu Isyana persoalan yang tak kalah pent­ingnya adalah bagaimana men­jaga kehidupan dalam keluarga. “Melindungi anak-anak kita adalah yang paling penting. Apalagi di zaman media sosial yang begitu merasuk hingga ke dunia anak-anak. Kita perlu membekali anak-anak dengan pemahaman akan segala sesua­tunya termasuk soal etika dan tata krama pergaulan sosial, dan batasannya,” kata Isyana.

Perlindungan anak, dalam pandangan Ratu Isyana, juga ha­rus mencakup keamanan dari informasi-informasi yang belum saatnya dikonsumsi anak-anak. “Bagaimana agar anak-anak tetap dapat belajar dan memperoleh informasi untuk mempelajari teknologi informasi,” katanya.

Namun, Isyana menambah­kan, pada waktu yang sama juga diberikan perlindungan terkait informasi yang bisa di­peroleh dari teknologi informasi tersebut. “Terutama di tempat-tempat anak beraktivitas seperti sekolah, perlindungan terhadap game-game online yang men­gandung kekerasan dan prno­grafi agar hanya bisa digunakan sesuai dengan standar usia ter­tentu,” katanya. Selain itu, kat­anya, perlindungan juga men­cakup digunakannya teknologi informasi untuk kejahatan-ke­jahatan yang melibatkan anak-anak seperti perdagangan anak.

“Untuk itu perlu adanya ker­jasama dengan lembaga yang bisa memantau dan memberi rekomendasi penilaian terha­dap mana situs yang baik dan mana situs yang berbahaya untuk tahapan perkembangan anak. Sehingga orangtua seb­agai imigran digital akan ter­bantu dalam mendidik generasi digital penerus masa depan bangsa. Yang sehat dan cerdas.” pungkas Isyana. (made)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.