Skema Dampak Bencana Buram
CILEGON, SNOL – Langkah pemerintah dalam penanganan bencana, terutama penanganan dampak ikutan jika benar terjadi Gempa atau Tsunami, dinilai masih belum terstruktur dengan baik. Hal tersebut dinilai penting, mengingat dampak ikutan pasca bencana juga perlu diantisipasi.
Kasi Mitigasi Bencana Direktorat Pendayagunaan Pesisir pada Ditjen Pengelolaan ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Abdul Muhari mengatakan, bahaya bencana bukan saja jika gempa atau tsunami itu terjadi. Namun, dampak ikutan pasca bencana juga perlu diperhatikan pemerintah karena hal itu juga dinilai penting untuk diantisipasi.
“Bahaya bencana tidak hanya dampak gempa dan tsunami, tapi ada pula dampak ikutan atau collateral disaster,” ungkap Muhari, ketika menjadi narasumber dalam seminar Urgensi Analisisi Risiko Tsunami Untuk Critical Infrastruktur Dalam Menunjang Zona Kebencanaan di Kawasan Industri dan Perkotaan, di ruang rapat Bappeda Cilegon, kemarin.
Ia menyatakan, dampak ikutan bencana memiliki porsi bahaya yang tidak berbeda ketika bencana terjadi. Langkah penanganan kondisi pasca bencana, kata Muhari, seperti kerusakan berat pada industri yang implikasinya pada pencemaran lingkungan masyarakat masih belum terencana dengan baik.
“Ketika ada tsunami, bukan hanya infrastruktur yang rusak. Tetapi bisa jadi tanki berisi bahan kimia ikut rusak dan mencemari lingkungan. Di Indonesia, jika zat kimia terpapar hingga lingkungan warga, itu belum dipikirkan,” terang Muhari.
Secara garis besar di Indonesia, Pemerintah hanya memiliki program tanggap darurat. Namun, upaya untuk memperbaikk lingkungan dinilai belum terencana secara terstruktur.
“Kalau ada kebocoran zat kimia, upaya merestorasi lingkungan kan butuh uang banyak. Jika itu terjadi, pihak perusahaan pastinya akan lebih mendahulukan perbaikan internal pabrik. Sementara negara pun tidak bisa bertindak cepat. Karena untuk mengalokasikan anggaran, harus melalui prosedur usulan anggaran dan ketuk palu APBN atau APBD,” papar Muhari.
Apabila dibandingkan dengan negara lain, salah satu yang dicontohkan negara Jepang, penanganan dampak ikut telah terencana. Pemerintah Jepang, telah bekerjasama dengan perusahaan asuransi untuk merestorasi dampak pengikut bencana. Ia menyarankan, agar langkah tersebut dapat diikuti oleh pemerontah indonesia termasuk di Cilegon. “Perusahaan akan menggunakan anggaran dari asuransi untuk melakukan restorasi lingkungan yang tercemar.,” pungkas Muhari.
Sementara, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilegon Rasmi Widyani mengatakan, jika pihaknya menerapkan skema pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana.(nal/eky/bnn)