Riz Nurzufriona, Siswi Asal Tangerang Pengibar Merah Putih di Istana Presiden

Riz Nurzufriona, siswi SMK PGRI 1 Kota Tangerang patut berbangga hati. Diusianya yang masih 16 tahun, remaja belia ini mampu mewujudkan impian dirinya dan orang tuanya bergabung dengan pasukan pengibar bendera merah putih (Paskibraka) yang akan mengibarkan bendera di depan Presiden Republik Indonesia.
Saat ditemui di sekolahnya, Riris, panggilan akrab gadis belia kelahiran 1996 itu, sudah mempersiapkan baju kebanggaan yang akan dipakainya saat pengibaran nanti. Seolah ingin menunjukan ke Kepala Sekolah dan temannya yang lain, Riris tampak anggun dan membanggakan saat dia mencoba mengenakan seragam.
Seragam tersebut sangat memiliki nilai bagi Riris, ketika di dada sebelah kirinya tersemat pin merah putih dan lambang burung garuda yang terpasang di peci hitamnya. Sungguh, tubuh semampai 167 cm itu terlihat sangat pantas mengenakan seragam Paskibraka Nasional.
Dengan wajah berbinar, raut tersipu pun terlihat jelas di wajah manisnya. “Alhamdulillah, inilah yang aku bisa mewujudkan impian orangtua, terutama papah,” katanya, setelah selesai mengenakan sarung tangan putih sebagai kelengkapan seragamnya.
Tidak mudah bagi Riris untuk bisa mengenakan seragam membanggakan itu. Dia harus melewati seleksi ketat 80 pelajar dari Provinsi Banten. Test seperti pengetahuan umum, kefasihan berbahasa inggris, psikotes, hingga tes fisik yang berat harus dilalui remaja cerdas itu.
“Aku lakukan sit up, push up, sampai lari beberapa kali keliling untuk tes fisik. Semua aku lakukan dengan penuh semangat. Mengingat ini bukan hanya impian ku, tapi pasti banyak orang yang akan kubuat bangga jika lulus nanti,” kenang Riris saat masih mengikuti seleksi di Serang beberapa waktu lalu.
Untuk menjadi putri kebanggaan Kota Tangerang dan juga Banten saat menjadi bagian Paskibraka Nasional, pada Agustus nanti, Riris harus masuk masa karantina di Cibubur pada awal Juli hingga hari pengibaran tiba.
Tidak banyak yang disiapkan Riris untuk persiapannya di Cibubur. Riris mengaku hanya persiapan mental berpisah dari orangtua untuk sementaralah yang harus lebih dipersiapkannya. Dia pun tidak merasa takut atau terpengaruh dengan kabar adanya latihan fisik keras yang diterapkan para senior Paskibranya nanti.
“Lalui saja, dengan niat yang tulus aku percaya semua akan dilalui dengan sempurna sampai 17 Agustus nanti,” ungkapnya.
Ada hal yang membuatnya sedih, sibontot dari tiga bersaudara ini belum terbiasa jika nantinya dia harus berpisah sementara dengan orangtua saat menjalani ibadah puasa. “Sedih banget, karena puasanya enggak bisa bareng keluarga. Tapi mudah-mudahan teman baru dari provinsi lain bisa mengusir kesedihan aku,” katanya.
Kekhawatiran lain yang juga sempat menyelimuti Riris adalah tertinggalnya pelajaran selama dia menjalani tugas negara. Walau demikian, Riris sudah mengakali atau menyusun strategi agar ketertinggalannya selama hampir dua bulan itu bisa teratasi.
Sementara itu, Aep Gumiwa selaku kepala sekolah setempat, mengaku bersyukur dan turut gembira ada salah seorang siswanya yang bisa mengharumkan nama sekolah, kota, dan provinsi di kancah nasional. “Riris sebagai motivator, untuk terus bertumbuhnya ‘Riris-Riris’ baru yang bisa terus membanggakan teman dan semua orang yang mencintainya,” ujar Aeb. (pramita/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.