Bangga Menjadi ‘Tukang Sampah’ ala Forum Kompos

TANGERANG, SNOL Menjadi ‘tukang sampah’ di lingkungannya masing-masing, julukan ini yang bangga disandang para kader lingkungan yang tergabung dalam Forum Kompos Kota Tangerang.

Sampah berserakan di mana-mana, dianggapnya ladang mendapatkan rupiah dan ilmu. “Jika masuk pada lingkungan baru yang belum pernah dikunjungi sebelumnya, kemudian banyak sampah yang numpuk, justru itu jadi semangat kami untuk bekerja,” ungkap Asmiyati, Sekretaris Forum Kompos Kota Tangerang.

Sesuai dengan namanya, komunitas yang terdiri dari 77 kaum ibu dan bapak mewakili seluruh wilayah Kota tangerang bekerja memberikan edukasi dan praktek tentang tata cara pengolahan sampah dengan baik. Misalnya, dari mulai memilah sampah basah dan kering, kemudian mengolahnya menjadi kompos.

Sehingga, sampah yang ada di lingkungan masyarakat, seperti gang rumah, tidak akan mengotori dan yang terpenting bisa mendulang rupiah. “Tentu saja bisa, kami juga ada kursus membuat olahan limbah menjadi barang kerajinan tangan. Seperti tas, dompet, hingga asbak,” ujanya.

Padahal awal berdirinya forum yang berada di bawah binaan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Tangerang ini hanya terdiri dari 10 orang saja. Pada 2008 bermula di kawasan Tanah Tinggi, kemudian menyebar 13 kecamatan lainnya.

Barulah pada Agustus 2011, Forum Kompos Kota Tangerang dilegalkan oleh DKP dan berada pada binaan mereka. “Kami juga punya mars, kami memiliki kegiatan rutin, dan kami punya kader lingkungan,” tuturnya.

Kader lingkungan ini, ujar Asmiyati, terbagi menjadi beberapa wilayah. Yakni untuk satu orang bertanggung jawab untuk empat wilayah binaan. Dan di masing-masing wilayah atau Rukun Warga (RW) tersebut, akan dibina bagaimana penataan sampah yang baik dan benar.

Kini, ada 77 orang anggota, yang terdiri dari bapak dan ibu masyarakat umum, anggota PKK dan kader lingkungan yang memang direkrut oleh Forum Kompos Kota Tangerang. Selain memberikan pengertian dan pemahaman mengenai pengolahan kompos dan sampah, Forum Kompos juga memberikan informasi mengenai penggunaan bank sampah.

“Terlebih sudah ada bank sampah, kami tinggal melakukan penyuluhan saja mengenai hal tersebut,” ujar Asmiyati. Sehingga, misi dan visinya tentang kota sehat bisa terjaga, mulai dari lingkungan di bawah, kemudian dilanjut ke kalangan atas.(pramita/made)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.