Akses BSD – Paramount Jadi Casablancanya Tangerang

GADING SERPONG,SNOL Akses jalan tembus BSD – Paramount  diprediksi akan menjadi central distrik bisnis (CDB) terbesar dua sampai tiga tahun lagi. Namun di lain sisi, berdasarkan tata ruang dan kota, hal tersebut akan berdampak pada kemacetan dan berkurangnya lahan hijau di kawasan Tangerang Selatan.
Hal tersebut dikatakan pengamat ekonomi wilayah atau pengembangan wilayah dari Institut Teknologi Indonesia (ITI), Dedi Nugraha. Menurutnya, akses tersebut hanya berlaku atau menguntungkan lokal saja. “Itu hanya menghubungkan Paramount, BSD, dan Karawaci saja. Kalaupun direncanakan akan ada akses jalan tol Bintaro – BSD yang akan kesana, kepadatan akan semakin terasa,” jelas Dedi.
Sekarang saja, tanpa belum adanya rencana pembangunan jalan tol maupun aktifnya jalur penghubung Paramount – BSD, Dedi menilai jalan tol Bintaro menuju BSD sudah sangat padat atau penuh. Kalau saja rencana tersebut terealisasikan, Dedi menilai sangat rentan dengan kemacetan yang akan berpindah kedalam kawasan Serpong.
Belum lagi, dampak lingkungan yang akan ditimbulkan. “Saya memprediksi lahan hijau yang semestinya 30 persen berada pada satu kota, akan berkuran secara cepat,” katanya. Namun, Dedi mengutarakan, hal tersebut bisa diatasi dengan berbagai strategi.
Contohnya, jika saja dalam satu kawasan jalan tembus BSD – Paramount direncanakan akan dibangun perumahan dengan tipe besar atau mewah, masalah lingkungan akan terminimalisir. Menurut Dedi, dengan dibangunnya kawasan rumah mewah dalam kawasan tersebut, hanya akan menampung beberapa rumah saja, dibandingkan harus membangun rumah sederhana.
“Artinya kan mengurangi kepadatan juga. Misalnya lahan satu hektar untuk membangun rumah mewah hanya bisa sekitar 50 unit, jika rumah sederhana bisa sampai 100 unit, sangat terbayang kepadatannya seperti apa,” kata Dedi.
Jika dilihat dari sisi bisnis atau keuntungan properti, Nurul Yaqien, ketua AREBI DPD Banten sekaligus pemilik perusahaan broker Ben Hokk, kawasan penghubung BSD Paramount adalah distrik strategis untuk dijadikan tempat tinggal maupun usaha.
“Jika ada calon pembeli yang konsultasi dengan saya mengenai hal tersebut, saya akan sangat menyarankan beli saja, tidak perlu pikir panjang,” kata Nurul. Menurutnya, kawasan yang bernama jalan Raya BSD itu akan menjadi CDB raksasa di Tangerang.
Setidaknya ada tiga pengembang besar yang ambil andil menghidupkan kawasan jalan tembus tersebut, Summarecon, Paramount, dan BSD. Ketiganya dinilai Nurul sangat bersinergi untuk membangun infrastruktur wilayah perbatasan Tangsel dan Kabupaten tersebut, lebih modern dari Jalan Raya Serpong. “Saya menyebutnya dengan Casablanca versi Tangerang,” kata Nurul.
Tidak hanya ketiga pengembang besar itu saja yang bersinergi, kawasan jalan tembus yang menghubungkan Edu Town BSD dengan kawasan kampus UMN dan Surya Institute itu, menghubungkan pula dengan kawasan pendidikan Lippo Village.
Universitas Pelita Harapan (UPH) dan beberapa sekolah internasional yang berada di seputaran daerah Karawaci akan terhubung secara otomatis dengan jalan tersebut. Hal ini, dikatakan Nurul, akan memungkinkan sekolah atau perguruan tinggi kelas menengah kebawah untuk berkembang pada kawasan tersebut.
“Jadi tidak menutup kemungkinan, kawasan di sekitarnya akan dilengkapi dengan perumahan, ruko yang dibuat kos kosan, dan berbagai penunjang pendidikan internasional daerah tersebut,” kata Nurul.
Dia pun menekankan, kawasan jalan tembus tersebut akan sangat mahal harganya ketika sudah menginjak tiga tahun kedepan. (pramita/susilo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.